Sabtu, 28 September 2019

Aristoteles, Plato dan Socrates tentang Demokrasi

Aristoteles bercerita tentang Demokrasi dan Demagog

Kau [demagog] seperti nelayan terhadap belut; di perairan yang tenang mereka tidak menangkap apapun, tetapi jika mereka benar-benar merangsang keluarnya lendir, penangkapan mereka bagus - Aristophanes

[Bagian: Menghancurkan Demokrasi]

1304b: 20-1305a7: Penyebab utama penggulingan demokrasi adalah perilaku demagog yang keterlaluan. Dengan menyerang pemilik properti [kaya], mereka memotivasi mereka untuk bersatu karena rasa takut, dan mereka juga memacu orang [untuk mencoba menghisap darah orang kaya]. Dengan cara ini demokrasi telah digulingkan di banyak tempat: Cos, Rhodes, Heracleia, Megara, Cyme. Ini kurang lebih cara demokrasi dihancurkan. Untuk mendapatkan dukungan rakyat, para penghasut mengusulkan perlakuan yang tidak adil terhadap para tokoh dan dengan demikian memaksa mereka untuk bersatu, dengan membuat mereka menyerahkan harta benda mereka untuk direvisi, atau dengan meminta mereka menjual sumber daya mereka untuk pelayanan publik, atau dengan memfitnah mereka untuk memaksa penyitaan barang-barang mereka. properti.

1311a: 22-26: Awal yang sama mengarah pada penggulingan pemerintahan dan kerajaan. Bagi mereka yang diperintah menyerang para raja karena ketidakadilan, ketakutan, dan penghinaan

1301b: 26-29: Konflik antar-ras (stasis) meletus di mana-mana karena ketidaksetaraan, atau setidaknya terjadi jika tidak ada proporsi di antara mereka yang tidak setara. Secara umum, orang terlibat dalam konflik faksional yang mencari kesetaraan.

1303b: 6-7: Di negara-negara demokrasi, para tokoh menyebabkan konflik faksi karena mereka [hanya] memiliki bagian yang sama dalam hal-hal meskipun [di mata mereka sendiri] mereka tidak sama [dengan orang lain tetapi merasa superior dan karena itu merasa mereka harus memiliki lebih banyak kekuatan politik, dll. daripada mereka yang mereka lihat sebagai bawahan mereka].

1302a: 31-34: Konflik antar kelompok adalah akibat dari perjuangan untuk mendapatkan keuntungan dan kehormatan dan untuk menghindari pertentangan, ketidakhormatan dan hukuman mereka.

1301b: 26-29: Konflik antar-ras (stasis) meletus dimana-mana karena ketidaksetaraan, atau setidaknya terjadi jika tidak ada proporsi di antara mereka yang tidak setara. Secara umum, orang terlibat dalam konflik faksional yang mencari kesetaraan.

1303b: 6-7: Di negara-negara demokrasi, para tokoh menyebabkan konflik faksi karena mereka [hanya] memiliki bagian yang sama dalam hal-hal meskipun [di mata mereka sendiri] mereka tidak sama [dengan orang lain tetapi merasa superior dan karena itu merasa mereka harus memiliki lebih banyak kekuatan politik, dll. daripada mereka yang mereka lihat sebagai bawahan mereka].

1302a: 31-34: Konflik antar kelompok adalah akibat dari perjuangan untuk mendapatkan keuntungan dan kehormatan dan untuk menghindari pertentangan, ketidakhormatan dan hukuman mereka.

1302b: 21-24: Ketakutan menyebabkan konflik faksi, baik ketika pria takut akan hukuman karena ketidakadilan mereka telah melakukan dan juga ketika mereka takut diperlakukan tidak adil. Di Rhodes, misalnya, para tokoh memberontak terhadap orang-orang karena tuntutan hukum yang sedang terjadi dibawa melawan mereka.

1302b: 27-33: Konflik antar kelompok terjadi di negara demokrasi ketika orang kaya merasa jijik terhadapnya kekacauan dan anarki [pemerintah], seperti di Thebes dan Megara menyusul kekalahan di pertempuran dan di Rhodes sebelum pemberontakan [para tokoh]

1302b: 15-18: Konflik faksional dapat muncul ketika ada orang atau kelompok yang kekuatannya melebihi negara-kota atau pemerintahnya. Institusi pengasingan muncul untuk mencegah ini.

1308b: 20-22: Karena kehidupan pribadi pria dapat membuat mereka mencari penggulingan sistem pemerintah, sebuah magistrasi diperlukan untuk mengawasi mereka yang hidup dengan keuntungan bersama negara-kota, misalnya, dalam demokrasi yang hidup tidak menguntungkan bagi mereka demokrasi.

1303b: 7-12: Negara-kota kadang-kadang jatuh ke faksi karena topografi mereka. Di Athena, misalnya, warga yang tinggal di Piraeus [distrik pelabuhan] lebih banyak demokratis daripada yang ada di pusat kota.

1302a: 8-13: Demokrasi lebih stabil dan kurang rentan terhadap konflik faksi daripada oligarki. Dalam oligarki ada dua jenis kemungkinan konflik, yaitu, konflik antara oligarki itu sendiri dan konflik antara oligarki dan rakyat. Namun, dalam sebuah demokrasi, hanya ada konflik antara warga yang mendukung demokrasi dan warga yang mendukung oligarki, karena tidak ada konflik faksi yang serius yang muncul di masyarakat [yaitu, mereka yang mendukung demokrasi] melawan diri mereka sendiri.

Plato bercerita tentang Kapal Socrates

Melalui bukunya, Republik, Plato bercerita tentang Sokrates yang pernah bertanya kepada seseorang di Athena.

Sokrates menggambarkan Athena sebagai sebuah kapal raksasa yang siap mengarungi lautan luas yang oleh karenanya diperlukan seorang nahkoda untuk memimpin kapal tersebut melewati kesulitan dan perjalanan panjang yang akan dihadapi.

Dia kemudian bertanya:

"Siapa orang yang paling pantas memilih nahkoda kapal tersebut? Semua penumpang, atau orang-orang yang memiliki pengetahuan akan pelayaran dan perkapalan?".

"Tentu saja orang-orang yang memiliki ilmunya!" Jawab orang itu.

"Jika demikian, maka mengapa kita memberikan hak memilih pemimpin kepada setiap orang di negara ini?".

Inilah makna besar demokrasi, Gus Dur pun pernah mengatakan bahwa Demokrasi membutuhkan syarat yaitu pengetahuan, memilih pemimpin dalam demokrasi bukanlah permainan hati dengan memilih berdasarkan emosi perasaan.

Pemilihan dalam demokrasi membutuhkan keahlian, dan seperti keahlian yang lain, perlu diajarkan dan ditanamkan pada setiap warga negara secara sistematis. Itulah mengapa kita mempelajari mata pelajaran kewarganegaraan sejak bangku SD hingga perkuliahan.

Membiarkan rakyat memilih tanpa pengetahuan sama  seperti membiarkan penjual ikan mengendalikan kapal raksasa mengarungi laut.


Glosarium:

Demagog berasal dari bahasa Yunani yaitu demos berarti rakyat, dan agógos berarti penghasut (pemimpin). Maka demagog dapat diartikan sebagai pemimpin penggerak politik yang pandai mempengaruhi rakyat untuk mencapai tujuan-tujuan kekuasaan.

Narsisme merupakan perasaan cinta kepada dirinya sendiri dengan memuji diri sendiri secara berlebihan. Dalam konteks politik para narsistis seakan merasa dirinya berhasil, prestasi yang dibuatnya semata-mata keberhasilan pribadi tanpa memikirkan kesejahteraan rakyatnya.

(sumber: buku dan internet)

Selasa, 18 Juni 2019

Sabtu, 13 Januari 2018

Wujud

Wujud

Ada daya tarik dari wujud kesegaran, aromanya menggoda dan intim menyapa jiwa-jiwa yang lapar, penasaran dan ingin mengagumi keindahan dirinya sendiri dengan mendekati sang segar.

Begitu juga si cantik, dia adalah tahap berikutnya dari kesegaran, aromanya akrab pada kedewasaan, warna pakaiannya lebih tajam, alur garis wajahnya menunjukkan keramahannya pada dunia sehingga jiwa-jiwa selalu merindukan masa lalunya dan memanggil si cantik untuk hadir mengisi waktunya.

Tapi keduanya - kesegaran dan kecantikan - masih harus bertahan, kesegaran dapat segera layu dalam keasikannya yang menjerumuskan, kecantikan dapat mengering ketika terperangkap dalam udara panasnya kebanggaan.

Keduanya harus melalui masanya dalam kesahajaan, bila mampu maka tahap selanjutnya adalah keabadian perempuan, kerut kesabaran dan kesadaran tentang cinta yang membungkusnya sebagai keanggunan.

Wujud utama dari perempuan adalah keanggunan, penguasaan akan sikap hidup bakal menghias perilaku yang melekat seperti dandanan indah hidupnya, si anggun yang membuat iri mereka yang layu dan kering, perempuan awet yang mengundang kekaguman dari para pembencinya dan melipatgandakan kasih-sayang sang lelaki yang memilikinya, memadamkan api liar dalam jiwa sekaligus melumpuhkan hasud iblis dihati, melebur setan yang malu dengan apinya sendiri yang gagal membakar nafsu muda si perempuan, melembutkan birahi sang lelaki yang turut menari dalam anggunnya peleburan suci, menemukan sifat cinta.

Keanggunan lebih bernilai ketimbang kesegaran dan kecantikan, ia lebih abadi.

Dalam cinta setiap pertemuan akan selalu menyegarkan kenangan, asik masyuknya sepasang kekasih abadi selalu memandang dengan kasih dimana sang perempuan terbungkus dalam kecantikan sejatinya yang selalu membuat sang lelaki takluk.

Hanya keanggunan yang mampu menghidupkan ksatria yang mengarungi dua masa - segar dan cantik - disisi perempuannya.

Jumat, 12 Januari 2018

Dzunnuraini

Dzunnuraini (pemilik dua matahari).

Ingatan itu menangkap apa yang sebenernya nggak pernah kita punya.

Aku nggak mungkin bisa ngelihat bulan malam kemarin, dan mustahil sekarang bisa ngerasakan kehangatan sinar matahari yang baru akan bersinar esok pagi.

Bersama dia yang dalam restu mendekat, dunya, taman indahku, dileburkan, laqabnya dzunnur'aini, si pemilik 2 (dua) cahaya, matahari.

Yang mengangkat tetes airmata kananku kelangit, memandangi bumi diantara awan dan tetes air dari mata kiri untuk pengairan benih dibumi, yang tumbuhannya menjulang kelangit.

Karena itulah aku bersyukur mempunyai 2 matahari yang memancarkan sinarnya ke taman perkebunan, sang taman yang dihibur 2 cahaya, Timur dan Barat.

Dan ketika aku diberikan taman perkebunan yang bersinar sejauh Timur dan Barat maka itu bukan sekedar amanah melainkan bekal dan janji rahim.

Dengan itulah maka hati mempunyai kehidupan, memahami maksud keberadaan, sampai waktunya untuk pulang, dikumpulkan kembali dikampung langit.

Hati itulah hadiah yang sebenarnya, khasanah tersembunyi.

Bukan akal yang terjebak kenyataan hidup, merasakan pedih, perih, menjauh dari kenyataan hidup, lalu membebaskan diri dengan membunuh hati, inilah kegagalan, pelarian yang dibenci.

Hati tidak akan terpenuhi dengan kenyataan, hanya sekedar hitungan khayal dengan sugesti, merekayasa kepastian dengan paksa dengan inisiasi seolah tenang, tidak... itu keterpaksaan, kegusaran yang ditutupi, inginnya menang sendiri dan menganggap paling baik, itu benar (kata dalilnya).

Saya hanya tukang kebun ditaman cahaya seluas Timur dan Barat.

Rabu, 16 Agustus 2017

Kabilah

seperti angin tak bisa ditangkap,
seperti air tak bisa dipotong,
tidak mustahil embun berpengharapan tetesannya dapat jatuh dipasir gurun,
tak berarti tapi menegaskan keberpihakannya pada kebaikan.

dalam kesendirian maka setiap ujung pandangan bagai kertas tempat dimana mataku melukis gambar dia yang kurindukan.

dalam kematian rasa nama kerinduan itu seperti udara yang harus kuhirup agar merasakan hidup,
kenangan dicerna oleh hati sebagai warna-warni yang menghias ruang perjalanan,
tanpa dia aku tau mana hitam dan mana yang putih juga abu-abu,
setelah pertemuannya kulihat hitam-putih itu berada diantara warna-warni yang bergelora.

setiap langkah di bumi terhampar seperti mengarahkanku pada dia yang terindu,
dan ketika kami bertemu lalu bumi pun terleburkan karena kutemukan jejak menuju langit yang tinggi,
dari sanalah kuketahui sebab matahari bersinar dan bulan menebar cahaya,
sinar tersampaikan pada tubuh sedangkan cahaya hanya tertangkap mata.

mimpi telah mencuri gambar dari mataku tapi kubiarkan karena ia lebih indah,
hanya lebih indah namun malam takkan mampu mencuri kenyataan yang terjadi pada kami.

cinta hanyalah satu dan dia seperti pengembara yang tak terpuaskan,
ia harus menemukan tempat agar bumi menjadi sejuk dan tempat itu adalah peleburan diri kami,
lalu dia mengikat kami.

jangan seperti Khuntsa Ghoiru Musykil,
mereka terus menangis dalam keterjeratannya di dunia bumi,
merasa terkucil dan dipenuhi nafsu sementara melalaikan petunjuk yang disematkan pada badannya,
mereka memilih mengikuti ibadah sesuai keadaan jiwanya yang dianggap syahdu padahal penciptaan badan telah memberikan pengetahuan untuk diimani,
petunjuk nyata untuk diikuti,
namun sayangnya...
sungguh sayang dinafikan.

Aku kabilah, kabilah seperti baduwi lalu mulai bertani menetap bagai fellahin setelahnya berdiam pasti sebagai hadari,
Inilah tugas cintaku,
menemukan diri didalam diri yang lain,
dia yang disebut almari suci dimana khasanah tersembunyi disimpan untuk bekalku.

Jumat, 07 Juli 2017

Ndeso

Ndeso itu visioner, pasti, mapan, dinamis & bijak.
Modern itu berputar, benturan, pembongkar-pasang, ragu & ramah.

Nah, sekarang kita baru sadar kan kenapa sejak kecil harus ditanamkan tata-krama, bukan dibebaskan lalu memperlebar masalah dimasa depan.

Modernitas itu berpikir mundur, mencari sebab tata-krama, terus berputar & membentuk anomali, bahkan bisa disusupi stratagem.

Ndeso itu ibu dari ilmu sosial sekaligus orangtua dari ilmu pasti, manusia adalah pendampingnya yang menjaga keberadaannya untuk diterapkan.

Modernitas tidak pernah bertanya kenapa 1 + 1 itu harus dipastikan menjadi = 2, tapi anehnya justru dengan lugu justru meragukan sebab timbulnya adab yang rumit, berliku & rentang waktu yang panjang.

Ndeso itu adab yang ditemukan dan matang untuk diterapkan setelah teruji dalam masa panjang dengan beragam keadaan demi rapihnya kehidupan manusia.

Parahnya, civilisasi itu diterjemahkan sebagai peradaban, padahal secara harfiah itu berarti pemasyarakatan.

Human rights diterjemahkan sebagai hak asasi, padahal secara harfiah berarti hak manusia.

Modernitas tidak pernah berpikir kenapa elang mendorong anaknya keluar dari sarang untuk belajar terbang, tapi meragukan akal-nurani dengan memaksanya untuk dapat membiarkan, memaklumkan & mema'afkan manusia dari menanamkan benih kejahatan melalui penjelajahan pengalaman hidup, nir batasan.

Ndeso itu berarti biasa aja, moderat bahkan ilmu terapan yang berwawasan luas, tapi karena ada sentimen, apriori dan kegagalan move on akibat dibenturkan dengan teori dari pengetahuan modern yang lemah premis maka kata ndeso ngalami perkembangan makna.

Ndeso itu berpikir sebelum bicara, dan bicara setelah pekerjaan selesai dengan baik supaya keterangannya bisa jadi ilmu untuk dibagi.

Modern itu bicara dulu sementara pikirannya masih berbentuk kerangka yang jauh belum berkembang, dan hasilnya seringkali tidak sesuai karena harus berhadapan dengan kenyataan lapangan.

Ndeso itu ilmu, modern itu teori.

Akhirnya, disatu titik akan tiba peradaban mencapai masa keemasannya, tapi ada kemudian masa dimana sebuah pondasi peradaban itu akan dibongkar lagi untuk mencari sebab kenapa adab itu muncul, dan itu berarti dengan meruntuhkan kehidupan yang sudah dibangun.

*ini tentang ndeso & modern, bukan perbandingan dengan angkot (orang kota)... menurut sai..ya..aa :)

Saya percaya "sang ndeso".

Sabtu, 25 Juni 2016

Islam Sebagai Hakikat

Islam sebagai hakikat

Adalah hal yang sangat meresahkan bila semakin lama kita umat muslim hanya dikendalikan oleh tokoh/pemuka agama yang menggerakkan hati kita untuk membela agama tapi hanya memberikan pengetahuan Islam hanya sebatas kulitnya saja, tanpa hakikat tanpa isi.

Mengatasnamakan agama padahal Islam bukan sekedar agama, karena istilah agama bukan berasal dari Islam melainkan bahasa Jawa saja, Islam adalah ad-din.

Dengan dalih jangan memilih pemimpin non-muslim, padahal kita hanya membayangkan bahwa yang dimaksud adalah orang yang tidak beragama Islam atau ber-KTP Islam, dan itu adalah propaganda kulit Islam saja.

Sekarang, marilah kita masuk kedalam Islam dalam hakikat, seperti kita mengklaim bahwa Nabi Adam, Musa, Isa dan lainnya adalah seorang muslim dengan argumentasi dari sudut pandang yang hakiki, bukan sekedar kulit saja akan tetapi juga mental/jiwa ke-Islaman, Islam yang juga sesuai dengan makna harfiahnya secara bahasa, sejahtera atau yang membebaskan.

Din atau dien, دين (Bahasa Arab), דין (Bahasa Ibrani) adalah sebuah kata yang umumnya terkait dengan Islam, tetapi juga digunakan dalam Yudaisme dan Kekristenan Arab. Istilah ini sering diterjemahkan sebagai "agama", meskipun dalam bahasa Arab tidak memiliki arti yang pasti.

Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan.

Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya, baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.

Jika kita perhatikan dalam kamus, arti kata islam tidak keluar dari makna inqiyad (tunduk) dan istislam (pasrah). (al-Mu’jam al-Wasith, 1/446).

Secara bahasa bahwa Ad-Dien memiliki 4 makna yang saling berkaitan, yaitu:

1. As-Shultoh (kekuasaan)
2. Al-Khudu’ Lihadzihis Shultoh (ketundukan kepada kekuasaan)
3. An-Nidhom almunazzalu min hadzihis Shultoh (Peraturan yang dikeluarkan oleh kekuasaan)
4. Al-Jaza’ liman tho’a waman asho’ (Balasan dari kekuasaan terhadap yang taat atau yang membangkang).

Dapatlah kita tarik substansi Ad-Din adalah lembaga kekuasaan, yang didalamnya ada hukum / undang undang, ada masyarakat yang loyal atau tunduk kepada kekuasaan dan ada mekanisme pembalasan bagi yang mengikuti dan juga bagi yang membangkang.

Bila demikian, maka bisa jadi kita orang Indonesia dipecah-belah oleh Islam itu sendiri, pemimpin kulit yang sebenarnya lupa untuk memahami agama akan tetapi mempersenjatai diri dan jiwanya dengan ageman (Jawa) yang bukan ad-din, agama ibarat ageman atau pakaian saja, ageming aji yang hanya dianggap berharga dan berhenti sebagai anggapan atau opini belaka, Islam kulit yang mempermainkan hati/perasaan umat Islam awam secara merakyat dengan tanpa sadar justeru menjatuhkan Islam dalam hakikatnya sendiri.

Sekarang, amat sulit menemukan tokoh muslim yang mempunyai pemahaman agama dan kenegaraan yang mumpuni untuk memimpin kita semua, tapi bukan berarti tidak ada, maka marilah kita temukan dia.

...dan ini pun hanya sekedar opini yang sangat mungkin berseberangan dengan pemahaman pikiran lainnya.

(Initial AP on faith movement, a step in the destiny)

Rabu, 01 Juni 2016

Angin Malam

ANGIN MALAM

Sejak pertama kulihat paras cantik nan manja.
Ku menanti sang senja tiba,
Ingin ku memeluk sang manja, dikedinginan malam nan gila...
Sang surya melangkah menjauh dariku.
Hampa terasa saat kau tiada...
Ohhh senjaku mengapa engkau tega meminggalkan sang surya...
Hanya harapan yang slalu kudamba...

Ketika kau pahami arti cinta, janganlah pernah kau sesali...
Ketika kau sakit karena cinta, janganlah kau tangisi...
Cinta tak kan pernah ada...
Cinta itu bias..
Cinta itu bagaikan angin...
Cinta itu gelap...
Tak ada satupun yg bisa melihat apakah itu..
Yang ada hanyalah sesuatu yg bisa mengoyak jiwa...
Suka..
Duka...
Tak pernah terucap...
Tak pernah terurai...
Hanya angin malam yg menusuk jiwa...
Katakan cinta wahai cinta...

Saat mentari tenggelam...
Tak terlihat lagi sinar harapan...
Sesak didada semakin terasa..
Dan seterusnya...
Njendel raisohhh neruske mase....
Mengapa cinta...
Mengapa dua....
Mengapa oh mengapa...

kebahagiaan itu bukan semata karena cinta, tetapi lebih kepada keadaan nyata, karena cinta tak pernah memberi apapun...

Karena kasih nyata itulah kebahagiaan cinta...

(Medio 2016: Andi PW)

Rabu, 27 Agustus 2014

api revolusi

Api Revolusi

revolusi nggak punya tempat pendaftaran dan revolusi nggak pernah mendaftarkan diri pada sekolah sejarah, ia terjadi memang melalui proses tapi terlalu singkat, dia nggak punya waktu untuk jadi murid, dia adalah guru rahasia buat masa depan, dia ditelusuri untuk dicatat dan bukan mencatatkan diri.

membaca literatur pendidikan formal, motivasional, sejarah dan biografi itu hanya sekedar membuka mata dan melihat cahaya diluar.

tapi dengan menambah literatur sastra, filsafat, agama, matematika, hukum, bahasa dan psikologi maka kita akan tau darimana api sumber cahaya itu berasal.

Dan "kita lah api itu"
oleh: Agung Pramono